Menghitung hari, satu-satu, menjelang Ramadhan. Seperti biasa, ada yang berubah menjelan bulan sakral ini. Seolah alam raya pun tahu bahwa tamu agung, penghulu segala bulan, akan hadir. Mereka merintih menanti kedatangannya, berharap diperkenankan hidup didalam bulan itu, dan diperkenankan sujud dalam naungan selimutnya yang penuh rahmat.
Sekedar ilmu “titen”, menjelang Ramadhan, biasanya alam menjadi lembut. Bila Ramadhan datang saat musim hujan, mendung akan sedikit berkurang hingga cuaca sedikit nyaman. Bila Dia datang saat musim panas, awan mendung akan banyak berarak memberi kesejukan. Hmmmm….seolah alam ingin membantu meringankan beban manusia yang harus beribadah lebih keras di Bulan itu.
Sekedar ilmu “titen” yang lain, menjelang Ramadhan, biasanya banyak yang harus “pulang”. Mereka orang-orang yang sudah tidak diperkenankan bertemu dengan duta agung pembawa rahmat. Satu-satu dijemput menghadap. Satu-satu harus kembali. Semakin dekat bulan itu, biasanya memang jadi semakin sering harus melayat.
Saat tanda-tanda kehadiran Ramadhan semakin jelas, sering terbersit dalam pikiran saya “Giliran siapa kali ini? Siapa yang harus pulang duluan?” Hmmm….semua yang hidup pasti mati kan? Semoga yang harus pulang, diperkenankan Khusnul Khotimah. Dan semoga yang masih diperkenankan menikmati Ramadhan, diberikan kesabaran dan ampunan. Bukankah sang Pemilik Ramadhan adalah yang maha bijak dan maha baik? Dia pasti tahu, saat dimana sesuatu harus berakhir, adalah saat yang terbaik bagi yang harus berakhir. ….bukan di waktu yang lain….